Kau lupa satu hal, kita bukan
dua orang yang harus saling melupakan keadaan. aku perempuan berusia 22 tahun,
mungkin sudah dikatakan bukan anak-anak yang merengek ketika tidak dibelikan
mainan. Tapi entah seberapa tua seorang anak, ketika ia bertemu dengan
orangtuanya pasti ingin dimanjakan. Itu yang tak ku dapatkan sejak 6tahun yang
lalu, ketika ibuku meninggal. Sungguh penyesalan yang luar biasa, ketika aku
belum bisa membahagiakannya. Apapun itu pembahasan tentang seorang ibu selalu
aku hindari, karna ketika aku sendiripun aku tak akan bisa membendung air mata
ketika mengingatnya terlalu dalam. Sedangkan ayahku kini telah menikah lagi
dengan wanita pilihannya dan aku merasa dia terlalu sibuk dengan keluarga barunya.
Itu juga membuatku semakin menangis ketika mengingat ibuku. Malam ini, entah
mengapa aku tak kunjung terlelap, pikiran ku berjalan menelusuri pada hal-hal
yang sudah aku lewati. Tiba-tiba aku sangat amat teringat ayah ku, bagaimana
keadaan hatinya, bagaimana aku bisa menghakimi bahwa dia sibuk dengan
keluarganya, bagaimana aku bisa menutup mata tentangnya. Itu bukan
kesalahannya, tidak ada satupun orang yang menginginkan seorang yang
disayanginya tiada dan tidak ada yang bisa menimbang sakit hatinya ketika ibuku
meninggal, tapi hanya karna dia menikah lagi aku berprasangka buruk padanya.
Aku lupa bahwa aku memiliki ayah terbaik didunia, aku lupa bahwa dia yang dulu
merawatku, aku lupa bahwa keringat dia yang membuatku dapat bersekolah dan
lebih parahnya aku lupa bahwa aku mempunyai ayah yang harus aku bahagiakan. Dia
hanya tak tahu caranya menunjukan kasih sayangnya kepada anak perempuannya yang
sudah dewasa. Namun berharap ibuku masih ada itupun salah, karna ini jalan yang
terbaik yang telah menjadi ketetapan-Nya. Jikalaupun aku memaksakannya,
bagaimana jika dia malah tersiksa dan bagaimana jika yang tersiksa bukan hanya
ibuku tapi juga ke sekelilingnya. Aku lebih percaya menitipkan ibuku pada-Nya,
Dia lebih tau tempat terbaik untuknya.
Kepada siapapun yang masih
memiliki orangtua yang lengkap, syukuri lah dan cara membahagiakan mereka tidak
selalu dengan materi, cukup tidak membentaknya dan menjadi anak penurut itu
sudah lebih bagi mereka.
Dan kepada mereka yang hanya memiliki sebelah
orangtuanya, tetaplah bersyukur dan jangan seperti saya yang melupakan bahwa
saya masih mempunyai sebelah orangtua yang harus saya bahagiakan.
Kepada mereka yang sudah
tidak memiliki orang tua, bersyukurlah karna ujian terberat hanya datang kepada
mereka yang kuat, bersyukur karna mempunyai lingkuangan baru atau bahkan
keluarga baru yang mau menerima apa adanya.
Jangan berfokus pada
kesedihan karna kehilangan tetapi bersyukurlah pada mereka yang masih setia
mendampingi untuk saling membahagiakan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar