PEMANFAATAN
LIMBAH AMPAS TAHU
Diajukan
untuk memenuhi salah satu tugas
Perekonomian
Indonesia
Oleh :
Nama : Indri
Agustian Fitriani
NPM : 23212717
Kelas : 1EB19
FAKULTAS EKONOMI
JURUSAN AKUNTANSI
2012/2013
Jl.
KH. Noer Ali, Kalimalang Bekasi Telp (021) 8886
PEMANFAATAN
LIMBAH AMPAS TAHU
Pendahuluan
Pengelolaan
limbah dalam industri pembuatan tahu merupakan salah satu dari contoh teknik
pengelolaan limbah secara Waste to Product yaitu menggunakan kembali limbah
hasil pabrik tahu sebagai bahan baku produk baru yang memiliki nilai tambah.
Limbah
merupakan zat sisa atau bahan yang dihasilkan dari proses pembuatan produk dari
suatu industri yang kurang memiliki nilai guna. Limbah biasanya dibuang begitu
saja, tanpa dipikir lagi bahwa limbah tersebut mencemari lingkungan atau tidak
bahkan sebagian besar dari mereka tidak berpikiran bahwa limbah tersebut
berguna jika diolah lagi untuk dijadikan sebuah produk baru. Contoh limbah yang
sering kita jumpai adalah limbah industri tahu.
Limbah
industri tahu adalah limbah yang dihasilkan dalam proses pembuatan tahu maupun
pada saat pencucian kedelai. Limbah yang dihasilkan berupa limbah padat dan
cair. Limbah padat dapat dimanfaatkan selain untuk pakan ternak juga dapat
dimanfaatkan untuk pangan, sedangkan dampak limbah cair akan mengakibatkan bau
busuk dan bila dibuang langsung ke sungai akan menyebabkan tercemarnya sungai
dan bau busuk yang menyengat. Bau busuk ini akan mengakibatkan sakit
pernapasan. Apabila limbah ini dialirkan ke sungai maka akan mencemari sungai
dan bila masih digunakan maka akan menimbulkan penyakit gatal, diare, dan
penyakit lainnya. Namun berbeda dampak jika ditangan orang-orang yang kreatif
semua itu dapat diubah menjadi sumber manfaat dan rezeki yang berlimpah, baik dari
limbah padat maupun limbah cair.
ISI
Data Pengelolaan Limbah
Usaha Kecil (KLH, 2003) menunjukkan bahwa sebagian besar industri pangan di
pulau Jawa seperti industri tahu, tempe, kerupuk, tapioka, dan pengolahan ikan,
limbah padat dan cairnya dibuang ke lingkungan, seperti selokan dan sungai.
Untuk itu perlu ditingkatkan upaya untuk memanfaatkan limbah hasil aktivitas
masyarakat. Upaya pemanfaatan limbah ini selain merupakan bentuk pengelolaan
lingkungan yang inheren dengan kualitas hidup manusia, juga merupakan upaya
pengembangan sumber daya manusia yang dapat membuka peluang usaha baru.
Pada dasarnya limbah
merupakan bahan yang terbuang atau dibuang dari hasil aktivitas manusia maupun
proses alam yang belum memiliki nilai ekonomis (Ecolink, 1996). Banyak jenis
limbah dapat dimanfaatkan kembali melalui daur ulang ataupun dikonversikan ke
produk lain yang berguna, misalnya limbah dari industri pangan. Limbah tersebut
biasanya masih mengandung serat, karbohidrat, protein, lemak, asam organik, dan
mineral dan pada dasarnya dapat mengalami perubahan secara biologis sehingga
dapat dikonversikan ke produk lain seperti energi, pangan, pakan, pupuk organis
dan lain-lain.
Konsep pemanfaatan
limbah sebagai upaya untuk membangun usaha kecil dan menengah (UKM),
pertama-tama harus diketahui sifat kimia dan fisikanya, sehingga dapat
diperkirakan berbagai produk yang mungkin dihasilkan. Kemudian produk yang
dipilih dipertimbangkan dengan pasar dan tekno-ekonominya. Sebagai contoh ampas
tahu yang memiliki sifat kimiawi yang didominasi oleh protein sehingga dapat
diolah menjadi produk yang berfungsi sebagai sumber protein. Misalnya pada
tepung ampas tahu yang masih terdapat kandungan gizi.
Potensi ampas tahu di
Indonesia cukup tinggi, kacang kedelai di Indonesia tercatat pada Tahun 1999
sebanyak 1.306.253 ton, sedangkan Jawa Barat sebanyak 85.988 ton. Bila 50%
kacang kedelai tersebut digunakan untuk membuat tahu dan konversi kacang
kedelai menjadi ampas tahu sebesar 100-112%, maka jumlah ampas tahu tercatat
731.501,5 ton secara nasional dan 48.153 ton di Jawa Barat.
Saat ini ampas tahu
kita ketahui dapat dimanfaatkan sebagai kerupuk ampas tahu, kembang tahu, kecap
ampas tahu, stick tahu dan dengan proses fermentasi dihasilkan nata de soya
serta sebagai alternatif bahan pakan ternak. Melihat sifat ampas tahu yang
memiliki banyak kelebihan seperti mengandung protein yang tinggi, banyak
mengandung serat, serta murah dan mudah didapat, maka dapat dikembangkan suatu
bentuk usaha baru yang memanfaatkan ampas tahu sebagai bahan dasarnya dengan
tujuan selain sebagai salah satu upaya mengurangi pencemaran dari limbah atau
ampas tahu khususnya di daerah perairan, tapi juga mampu memberikan alternatif
gizi sebagai sumber protein yang bermanfaat bagi tubuh manusia.
Tahu diproduksi dengan
memanfaatkan sifat protein, yaitu akan menggumpal bila bereaksi dengan asam.
Penggumpalan protein oleh asam cuka akan berlangsung secara cepat dan serentak
di seluruh bagian cairan sari kedelai, sehingga sebagian besar air yang semula
tercampur dalam sari kedelai akan terperangkap di dalamnya. Pengeluaran air
yang terperangkap tersebut dapat dilakukan dengan memberikan tekanan. Semakin
besar tekanan yang diberikan, semakin banyak air dapat dikeluarkan dari
gumpalan protein. Gumpalan protein itulah yang kemudian disebut sebagai tahu.
Kandungan air di dalam
tahu ternyata bukan merupakan hal yang merugikan. Oleh beberapa pengusaha, hal
tersebut justru dimanfaatkan untuk memproduksi tahu dengan tingkat kekerasan
yang rendah (tahu gembur). Dalam proses pembuatan tahu gembur, air yang
dikeluarkan hanya sebagian kecil, selebihnya dibiarkan tetap berada di dalam
tahu. Dengan demikian, akan dihasilkan tahu yang berukuran besar namun gembur
(mudah hancur).
Ada pula beberapa
pengusaha tahu yang memproduksi tahu keras, misalnya tahu kediri. Air yang
terperangkap di dalam gumpalan protein menyebabkan tahu menjadi mudah
dibentuk/dicetak. Untuk membentuk tahu yang keras, cetakan diberi tekanan/beban
berat, sehingga dalam waktu singkat air akan keluar dengan sendirinya.
Tabel Perbandingan Gizi
yang ada pada Tahu dan Ampas Tahu Kadar/100 g Bahan
Ampas tahu merupakan
hasil sampingan yang diperoleh dari proses pembuatan tahu kedelai. Ampas ini
biasanya dimanfaatkan untuk pakan ternak dan sebagian lainnya digunakan oleh
beberapa masyarakat perdesaan untuk diolah menjadi bahan pembuat tempe gembus.
Mengingat kandungan
protein dan lemak pada ampas tahu yang tinggi maka sangat memungkinkan ampas
tahu dapat diolah menjadi bahan makanan yang beragam variasinya. Sebagai
gagasan yang “beda”, maka ampas tahu dapat dimanfaatkan menjadi kerupuk yang
bernilai tambah lebih tinggi.
Ide yang sangat bagus
ketika kita merintis usaha dengan mengolah bahan yang tidak bermanfaat bisa
menghasilkan produk baru yang belum umum (jarang) di jumpai oleh masyarakat.
Pemanfaatan limbah tahu ini tentunya diharapkan biaya produksi yang dikeluarkan
dalam usaha pembuatan kerupuk bisa di minimalisir.
Oleh karena itu,
pemanfaatan limbah tahu ini merupakan suatu gagasan peluang usaha yang
cemerlang untuk merintis sebuah industri kecil (UKM) dengan biaya murah bagi
masyarakat. Karena, bahan baku yang digunakan untuk pembuatan kerupuk ini
adalah ampas tahu yang harganya sangat murah, mudah di dapat dan dapat
diperoleh tanpa mengenal musim.
Limbah industri tahu
yang berupa cair dapat juga dimanfaatkan sebagai pembuatan bio-gas. Bio-gas sendiri
adalah gas pembusukan bahan organik oleh bakteri dalam kondisi anaerob. Gas bio
tersebut campuran dari berbagai gas antara lain: CH4 (54-70%), CO2(27-45%),
O2(1-4%), N2(0,5-3%), CO(1%) dan H2S. Campuran gas ini mudah terbakar bila
kandungan CH4 (Methana) melebihi 50%. Air limbah industri tahu ini mempunyai
kandungan Methana (CH4) lebih dari 50% sehingga sangat memungkinkan untuk bahan
sumber energi gas Bio-gas. Untuk daerah tropis seperti Indonesia, Kontruksi
fixed Domed Digester (Digester Permanen). Digester permanen bahannya dari
pasangan batu bata, pasangan batu kali, atau beton dengan ruangan penyimpanan
gas di atasnya. Digester ruangan gasnya sudah tetap sehingga bila produksi
gasnya lebih akan terbuang keluar melalui lubang pengeluaran. Saat tekanan gas
tinggi maka slurry akan terdorong ke bak pelimpahan selanjutnya akan meluap
keluar melalui lubang pengeluaran secara otomatis dan mengalir ke bak an
aerobic sistem. Bila gas digunakan maka tekanan akan berkurang dan slurry masuk
kembali ke digester. Digester permanen ini pembangunannya harus teliti karena
bila terjadi salah membangunnya atau tidak hati-hati misalnya sampai terjadi
lubang sebesar jarum berarti digester tersebut bocor. Berikut ini adalah proses
terjadinya gas bio, setelah pembangunan selesai, air limbah tahu dimasukkan ke
dalam digester. Pengisian ini hingga penuh melimpah ke dasar bak pelimpahan.
Kemudian tutup digester dipasang dengan tanah liat sebagai sealnya dan
diatasnya diisi dengan air hingga penuh. Air limbah terus dimasukkan. Pada
kondisi anaerob, maka bakteri akan menguraikan bahan organik yang mengandung
protein, lemak suhu antara 150C-350C, suhu optimal antara 320C-350C,dan setelah
± 30 hari akan dihasilkan bio gas.
Bio gas sangat
bermanfaat bagi alat kebutuhan rumah tangga/kebutuhan sehari-hari, misalnya
sebagai bahan bakar kompor (untuk memasak), lampu, penghangat ruangan/gasolec,
suplai bahan bakar mesin diesel, untuk pengelasan (memotong besi), dan
lain-lain. Sedangkan manfaat bagi lingkungan adalah dengan proses fermentasi
oleh bakteri anaerob (Bakteri Methan) tingkat pengurangan pencemaran lingkungan
dengan parameter BOD dan COD akan berkurang sampai dengan 98% dan air limbah
telah memenuhi standard baku mutu pemerintah sehingga layak di buang ke sungai.
Bio gas secara tidak langsung juga bermanfaat dalam penghematan energi yang
berasal dari alam, khususnya sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui
(minyak bumi) sehingga sumber daya alam tersebut akan lebih hemat dalam penggunaannya dalam jangka
waktu yang lebih lama lagi (Rudi Prasetyo, 2008).
Penanganan limbah tahu
dapat dilakukan dengan menggunakan alat yang dapat menghasilkan tahu yang lebih
baik dan sedikit menghasilkan limbah, dengan penerapan produksi bersih (cleaner
production). Produksi Bersih (Cleaner Production) merupakan upaya penanganan
pencemar secara preventif. Produksi Bersih didefinisikan sebagai: Strategi pengelolaan lingkungan yang bersifat
preventif, terpadu dan diterapkan secara terus-menerus pada setiap kegiatan
mulai dari hulu ke hilir yang terkait dengan proses produksi, produk dan jasa
untuk meningkatkan efisiensi penggunaan sumberdaya alam, mencegah terjadinya
pencemaran lingkungan dan mengurangi terbentuknya limbah pada sumbernya
sehingga dapat meminimisasi resiko terhadap kesehatan dan keselamatan manusia
serta kerusakan lingkungan (Kebijakan Nasional Produksi Bersih, KLH 2003).
Kegiatan Produksi
Bersih dimulai dari strategi 5R yaitu berpikir ulang (re-think) untuk
pencegahan (elimination) pengurangan (reduce), pakai ulang (reuse), daur ulang
(recycle) dan pungut ulang (recovery) limbah. Dengan demikian maka pendekatan
Produksi Bersih akan meningkatkan efisiensi produksi dan jasa, mengurangi
timbulan limbah, mengurangi biaya produksi atau biaya operasi, meningkatkan
kesehatan dan keselamatan kerja
Konsep 3R (Reduce,
Reuse, Recycle) menjadi sebuah tatanan yang memiliki keterkaitan antara proses
satu dengan lainnya. Pengelohan Limbah terpadu saat ini cenderung mengarah pada
sebuah pengolahan yang bisa menghasilkan sebuah benefit finansial yang menguntungkan
untuk semua pihak. Prinsip terpadu dalam pengolahan limbah diterapkan dalam
sebuah siklus ekologi industri. Konsep ini berawal dari sistem biologi yang
dikenal dengan sebuah ekosistem yang didalamnya terdapat sebuah rantai makanan
bagi spesies yang ada di dalamnya.
Upaya penerapan
produksi bersih (cleaner production) dengan cara penataan proses produksi yang
baik dari mulai tempat proses pencucian, penempatan peralatan yang tepat,
penggunaan air yang bersih sehingga limbah padat maupun limbah cair berkurang
merupakan salah satu dari upaya pengelolaan limbah yang mengacu pada prinsip 3R
yaitu Reduce (upaya pengurangan). Selain itu, upaya Reduce yang lainnya dapat
dilakukan dengan memanfaatkan mikroalga dapat mengatasi limbah pabrik tahu.
Teknologi pembiakan Chlorella sp. dapat dikembangkan sehingga secara
terus-menerus dapat mengubah limbah cair tahu menjadi biomassa. Dengan
memanfaatkan mikroalga Chlorella sp. Ini dapat juga menurunkan nilai kandungan
BOD dan COD dari limbah cair pabrik tahu yang dihasilkan.
Upaya Reuse (penggunaan
kembali) dapat dilakukan dengan memanfaatkan limbah padat ampas tahu sebagai
pakan ternak. Keberadaan ampas tahu di tanah air cukup melimpah, murah dan
mudah didapat. Produk sampingan pabrik tahu ini apabila telah mengalami
fermentasi dapat meningkatkan kualitas pakan dan memacu pertumbuhan ayam
pedaging. Produk sampingan pabrik ampas tahu ini telah digunakan sebagai pakan
babi, sapi bahkan ayam pedaging. Namun karena kandungan air dan serat kasarnya
yang tinggi, maka penggunaannya menjadi terbatas dan belum memberikan hasil
yang baik. Guna mengatasi tingginya kadar air dan serat kasar pada ampas tahu
maka dilakukan fermentasi. Fakta menunjukkan bahwa penggunaan ampas tahu
sebagai pakan ternak ini menunjukkan pertumbuhan yang positif pada ternak.
Reclye (mendaur ulang
kembali) adalah upaya yang ketiga yang dapat dilakukan dalam pengelolaan limbah
yang mengacu pada prinsip 3R. Upaya- upaya yang dapat dilakukan adalah mendaur
ulang ampas tahu ini menjadi kecap ampas tahu, oncom, pupuk cair, dan bahan
bakar biogas. Limbah cair pembuatan tahu bisa disulap menjadi pupuk organik
cair yang kaya manfaat. Selain harganya murah hasil pertaniannya juga bisa
lebih baik. Sebagai pengganti pupuk urea, pupuk cair dari limbah tahu sangat dibutuhkan
tanaman.
Jika ditinjau dari segi
ekonomi dan penggunaan energi, pemanfaatan limbah pabrik pembuatan tahu ini
dapat memberikan keuntungan yang cukup banyak. Bio gas sangat bermanfaat dalam
berbagai hal seperti sebagai bahan bakar kompor (untuk memasak), lampu,
penghangat ruangan/gasolec, suplai bahan bakar mesin diesel, untuk pengelasan
(memotong besi), dan lain-lain. Dan secara tidak langsung bio gas berperan
dalam penghematan sumber energi yang ada di bumi ini. Walaupun harga pembuatan
IPAL biogas cukup mahal tetapi dengan keutungan yang diperoleh secara terus –
menerus dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam pemanfaatan biogas ini
karena harga bahan bakar minyak sekarang ini semakin meningkat. Pemanfaatan
limbah cair tahu sebagai pupuk juga dapat memberikan keutungan bagi para
penggunanya karena selain mengurangi penggunaan pupuk kimia (urea), hal ini
juga dapat memberikan tambahan pendapatan bagi para produsen pupuk cair dari
limbah tahu tersebut. Harga pupuk cair dari limbah tahu ini biasanya dijual Rp
4.000 per liter.
Pemanfaatan ampas tahu
sebagai kecap ampas tahu, pakan ternak, dan oncom juga dapat menghasilkan
pendapatan bagi para produsennya. Karena dengan teknologi yang sederhana, hal
tersebut dapat dilakukan oleh semua orang. Dari segi biaya yang diperlukan
untuk pengelolaan limbah tahu ini tidak memerlukan biaya yang besar, karena
biaya langsung seperti bahan baku dan tenaga kerja sudah tersedia dan tidak
perlu mengeluarkan biaya lagi. Sedangkan biaya tak langsung seperti biaya overhead
tidak terlalu besar.
Produksi bersih
merangkum semua konsep pencegahan. Konsep pencegahan yang paling awal yaitu
minimisasi limbah (waste minimization), pencegahan pencemaran (pollution
prevention) dan pengurangan pemakaian bahan beracun yang dihasilkan oleh
industri tahu yang kesemuanya terfokus pada kata kunci dampak lingkungan,
limbah berbahaya, bahan-bahan beracun dan pencemaran. Konsep pencegahan yang
baru yaitu berdasarkan sasaran pada pengurangan dampak lingkungan melalui
siklus daur hidup produk (life cycle analysis), dengan fokus pada desain produk
ramah lingkungan (design for environment) atau pada pendekatan baru berdasarkan
nilai tambah yaitu eco-efficiency.
Eco-efficiency dan Produksi Bersih merupakan konsep yang saling
melengkapi. Eco-efficiency lebih ditujukan pada strategi bisnis efisien yang
memberikan dampak positif bagi lingkungan sedangkan Produksi Bersih pada sisi
operasional atau produksi dengan pencegahan dan pengurangan timbulan limbah
yang berdampak positif pada peningkatan efisiensi dan produktivitas.
PENUTUP
Limbah, sebagian orang akan berpikir untuk
membuangnya begitu saja, karena limbah merupakan zat sisa yang dihasilkan dari
proses pembuatan produk industry yang tidak memiliki nilai manfaat lagi.
Limbah yang dihasilkan dapat berupa limbah cair dan
padat. Limbah yang berupa zat cair kemungkinan akan mencemari lingkungan
sekitar yang ada dikawasan industry tersebut, tetapi lain halnya jika limbah
tersebut dapat dikelola dan dimanfaatkan dengan baik oleh orang-orang yang
kreatif, kemungkinan yang tadinya berdampak buruk berubah menjadi sumber
rezeki.
Untuk memanfaatkan limbah tersebut, maka yang harus
terlebih dahulu diketahui oleh kita adalah mengetahui bentuk dan sifat
kimianya.
Sebagai contoh, limbah ampas tahu. Yang limbahnya
mayoritas berasal dari zat protein.
Dari ampas tahu tersebut dapat dimanfaatkan untuk
membuat kerupuk ampas tahu, kecap ampas tahu, dan lain-lain.
Dengan memanfaatkan limbah tersebut, maka secara
otomatis kita melakukan upaya pencegahan dan pengurangan pencemaran
dilingkungan.
Daftar Pustaka
Tidak ada komentar:
Posting Komentar